Sabtu, 08 November 2008

Tips dan Trik Menulis Skrip Dari Linda Seger


Telinga kita mungkin asing mendengar nama Linda Seger. Namun tidak demikian dengan dunia perfilman Internasional. Linda telah menjadi konsultan skrip film sejak tahun 1981. Tak kurang dari sekitar 2000 skrip telah dikonsultasikan padanya, termasuk 40 proyek produksi feature film dan 20 proyek produksi TV. Linda juga telah mempunyai banyak pengalaman menjadi pembicara pada lebih dari 20 negara di dunia.

Salah satu dari 9 buku yang telah ditulisnya yaitu
Making A Good Script Great, menjadi panduan dari jutaan penulis skrip di dunia. Naning Koesnadi beruntung mendapatkan kesempatan mewawancarai Linda Seger dan mengorek bisnis penulisan skrip di Hollywood. Berikut petikan wawancara tersebut.
Berapa lama menurut anda, sebuah skrip yang baik harus dibuat?

Tergantung dari penulisnya. Tapi kebanyakan penulis membutuhkan waktu sekitar 1 tahun untuk membuat skrip yang baik. Ada yang membuat pra-skrip selama 3 bulan kemudian menulisnya kembali selama 9 bulan. Tapi ada juga yang menulis hingga bertahun-tahun. Jadi semuanya tergantung dari proses kreatif dari si penulis itu sendiri. Umumnya agak sulit jika membuat skrip kurang dari 3-6 bulan.

Karena biasanya harus melakukan riset lebih dulu. Pastinya, tidak mungkin sampai 6 tahun kalau anda benar-benar mengerjakannya, dan tidak mungkin menulisnya dalam waktu 2 minggu. Tergantung juga pada berapa lama riset yang dilakukan, dan seberapa jauh dan kesulitan mengenai topik yang akan diangkat.

Anda bilang kan tidak ada pola tertentu untuk membuat skrip? Benarkah?

Ya, memang tidak ada pola tertentu karena ini adalah seni. Tapi kalau membicarakan pola, maka menurut saya pola adalah tentang prinsip, konsep, ide yang harus diikuti. Tapi ini tetap sebuah proses kreatif. Dan setiap orang harus mengetahui prosesnya sendiri. Dan setiap bentuk tulisan baik itu novel, film pendek, skrip, cerita televisi, setiap bentuk tulisan berbeda bagaimana penceritaannya. Yang penting mengetahui bagaimana bercerita. Membuat tulisan untuk film pendek pasti berbeda dengan membuat skrip untuk mini seri. Setiap bentuk memunyai perbedaan?

Menurut anda apakah semua orang bisa menulis skrip?

Tidak, saya tidak percaya semua orang bisa menulis skrip film. Dibutuhkan talenta yang baik untuk menulis skrip yang baik. Artinya dibutuhkan rasa seni sense of art yang baik artinya dia harus lah seorang seniman. Scriptwriting adalah gabungan adanya art yaitu creative voice dari si artist, craft yaitu pengetahuan tentang bagaimana penulisan skrip berbeda antara novel, skrip film atau dengan bentuk tulisan lainnya, dan creativity yaitu bisakah tulisan dibuat dengan kreatif. Tidak semua orang memunyai disiplin, visi artistik, ide-ide, dan craft. Ada juga yang bilang mereka mengalami creativity blocked. Banyak orang yang memunyai kesulitan untuk menjadi kreatif. Jadi banyak hal yang harus dimiliki oleh seorang penulis skrip film yang baik.


Wartawan dan novelis juga seorang penulis, lalu apa bedanya dengan penulis skrip film?

Ya, wartawan harus lah seorang interviewer yang baik dan menulis hal-hal non-fiksi. Penulis skrip film kebalikannya, mereka menulis hal-hal fiksi. Untuk menjadi screenwriters,
anda harus memiliki visualcept. Karena sebagai penulis anda melukis dunia dalam kata-kata. Anda harus punya sense of character yang kuat, dalam arti harus bisa membuat sebuah karakter bisa dimainkan dan tampak nyata. Kita harus bisa membuat sebuah cerita dalam durasi waktu tertentu.

Kalau novelis bisa membuat tulisan sampai 600 bahkan lebih halaman, maka scriptwriter harus membuat hanya sekitar 120 halaman dengan komposisi awalan, tengah dan akhiran dari sebuah cerita yang mempunyai visual, relasi dan karakter. Tidak semua orang bisa melaqkukannya. Saya misalnya menulis buku. Buku saya adalah bentuk seni saya. Saya tidak bisa membuat skrip, tapi saya bisa tahu bagaimana membuat skrip yang bagus. Saya senang menjelaskan dan bisa membantu orang menjadi seorang penulis skrip yang bagus.

Apakah seorang penulis skrip harus masuk sekolah film dulu?

Banyak penulis mempunyai latar belakang berbeda. Ada yang sekolah, ada yang memang langsung bisa menulis, ada juga yang dari penulis novel. Ada hal-hal yang harus dipelajari sebelum membuat skrip film. Kalau orang hanya sekolah saja, dia tidak memunyai kesempatan untuk mempaktekkan ilmu yang dimilikinya. Ada garis tipis, antara keharusan belajar untuk membuat skrip dengan keharusan membuat skrip lalu mempelajarinya sehingga bisa membuat skrip yang baik.


Ada banyak istilah dalam soal naskah film. Ada scriptwriting, dan screenplay. Ada bedanya tidak?

Sebenarnya sama saja. Intinya membuat skrip yang digunakan untuk membuat film, bukan untuk dibaca.

Dalam penulisan skrip, haruskah penulis melukiskan situasi di skrip?

Secara detil ya, penulis perlu memberikan deskripsi situasi, tapi tidak sebanyak
seorang sutradara melakukannya.


Jadi suksesnya sebuah script juga bergantung pada sinematographer dan sutradara?

Ya, tentu saja penulis harus tetap membuat cetak birunya. Lalu sutradara, sinematographer dan aktor yang akan membuatnya jadi nyata. Penulis skrip yang memberi petunjuknya. Makanya penulis harus berorientasi pada visual dan mengetahui
bahasa film. Saya sendiri datang dari teater. Saya berteater juga, tapi biasanya saya menyutradarai teater. Ketika pindah dari teater ke film, saya ambil kursus menjadi sutradara bukan karena saya ingin menjadi sutradara film atau TV. Saya mengambilnya agar bisa memahami pola dan bagaimana membuat scene yang baik dan visi seorang sutradara, Dan itu berguna sekali bagi saya memberikan konsultasi dan menulis buku saya.


Ada bedanyakah penulisan skrip untuk film dan TV?

Ya, sepertinya bentuknya memang sama, tapi kalau diperhatikan ada perbedaannya. Perbedaan kecilnya yaitu di detail. Orang yang tahu bentuk penulisan skrip, pasti akan langsung tahu perbedaannya.

Menulis skrip kan sebuah bisnis, apa pendapat anda tentang adanya penulis yang menulis hanya untuk memenuhi tenggat waktu?

Ya ini memang sebuah seni dan ini adalah showbusiness. Di Amerika, biasanya penulis tidak memunyai tenggat waktu. Mereka punya waktu rata-rata dalam menulis sebuah skrip. Penulis biasanya menulis dulu, baru kemudian ditawarkan. Penulis juga harus punya perkiraan berapa lama dia bisa menulis sebuah assignment.

bilamana anda bisa menentukan bagian-bagiannya berdasarkan jenis film?

Umumnya setiap jenis film memunyai struktur yang sama. Selalu ada awalan, tengah dan akhiran atau sering disebut three-act structure. Tidak terlalu berhubungan dengan jenis filmnya. Tentu saja komedi harus kocak, thriller harus menegangkan dan pada film adventurous harus banyak aksinya. Tapi umumnya berstruktur sama, dengan detail yang berbeda, tergantung pada storylinenya. Casingnya saja yang berbeda. Basic storyline yang penting. Dimanapun, penonton tetap menginginkan adanya hubungan dengan cerita dalam film yang ditontonnya. Misalnya saja, saya pernah menemukan storyline dari Singapura yang sangat berbeda dengan yang biasa ditemukan di film-film Hollywood. Namun stukturnya tetap sama, ada three-act structure, ada karakter, ada scenery dan element lainnya. Sebagian tentu saja karena perbedaan budaya dan cerita. Ada juga film yang berstruktur berbeda, nine-act structure atau four-act structure dan sebagainya, tapi saya menganggap bahwa struktur itu tetap memunyai basic three-act strucure. Mereka hanya mem-breakdown-nya menjadi struktur yang berbeda. Namun secara umum, tetap three-act structure.

Hollywood film selalu laku di pasaran, apa yang membuatnya demikian?

Hollywood film selalu memunyai script yang jelas. Diakui, kadang tidak terlalu halus dan artistik, namun kita bisa menonton dan mengerti film tersebut walaupun kita tidak mengetahui bahasanya. Beberapa film dari negeri lain kadang tidak terlalu bisa dimengerti. Konteksnya tidak terlalu jelas, sehingga penonton kehilangan kejelasan. Hollywood Movie pada umumnya menggunakan three-act structure sehingga ceritanya jelas. Masalah pada film Hollywood biasanya terletak pada kedalaman motif dan tema.


Anda pernah menonton film Indonesia?

Sayangnyatidak. Saya pernah menonton film dari negara asia lain, seperti Jepang, Cina, tapi saya sampai sekarang belum terpikir. Hanya saya mau memberi masukan, jangan kompromikan budaya anda. Yang harus diperhatikan adalah bagaimana membuat awalan, tengah dan akhiran yang baik serta kejelasan. Karena dengan begitu, dunia bisa melihat Indonesia melalui layar dan tertarik. Bawa budaya anda ke layar. Kita perlu melihat film bagus dari berbagai negara dan film adalah media yang baik untuk berbagi perspektif yang berbeda.


Dari pengalaman anda, berapa persen sebuah script berubah dalam proses produksi?

Semua tergantung pada saat proses penulisan ulang skrip. Saya yakin skrip pasti akan berubah. Namun sebagai penulis, kita tidak akan mau perubahan drastis. Paling hanya sekitar 5% perubahan pada skrip. Belum lagi adanya pemotongan di meja editing. Makanya sebelum eksekusi kita akan berdiskusi terlebih dahulu apakah sebuah scene perlu diambil atau tidak. Produser juga tidak mau kehilangan banyak dana untuk itu.


Ada banyak software untuk membuat sebuah script. Apa yang anda rekomendasikan?

Hati-hati terhadap penggunaan sebuah software. Karena ini adalah proses kreatif, ini bukan seperti mengisi soal titik-titik kosong. Untuk beberapa orang, software ini memang menolong. Namun tetap harus hati-hati menggunakannya, jangan sampai terjebak membuat sebuah pola yang selalu sama. Karena ini sebuah proses kreatifitas.


Berapa lama biasanya sebuah skrip dikonsultasikan kepada anda?

Sekitar 2-3 minggu saya akan mengembalikan kepada penulis. Namun semua juga tergantung pada jasa macam apa yang diminta. Apakah di proses penulisan awal, atau pada proses yang sudah akan mulai pada proses produksi. Biasanya saya akan lebih
mementingkan detil pada jasa yang kedua.


Masalah apa biasanya yang terjadi saat skrip film?

Umumnya masalahnya adalah struktur. Orang kebanyakan tidak mengetahui three-act structure. Masalah yang umum ditemui adalah kesulitan untuk membangun sebuah cerita. Ada yang menjadi seuah cerita yang membosankan. Namun yang yang penting adalah orisinalitas. Jangan meniru yang sudah pernah ada. Kita perlu kreatif, tapi jangan sampai juga terlalu orisinil sehingga membuat orang tidak mengerti apa yang akan diceritakan dan tidak universal.


Mana yang lebih penting, mempertahankan apa yang ada di dalam imajinasi penulis, atau visi dari sutradara?

Dalam sebuah film, sutradara adalah arsiteknya, sementara penulis adalah pembuat cetak biru dari rancangan bangunan. Detil tetap ada di tangan sutradara. Penulis hanya bisa memberikan garis besar ceritanya, dan sutradara harus mengikuti cetak birunya. Biasanya, penulis bisa ada di lokasi dan merubah sedikit perubahan. Ada sutradara yang membuat sebuah skrip tambah baik, ada juga yang membuatnya menjadi buruk.


Seberapa jauh, seorang penulis memegang peranan atas baik atau buruknya sebuah film?

Sebuah film yang bagus pasti tidak mungkin berasal dari skrip yang buruk. Saya bilang 90% skrip yang baik pasti menghasilkan film yang baik. Namun memang ada sutradara
yang menghancurkan sebuah skrip yang baik. Jadi harus match antara penulis dan sutradara yang baik. Namun semua memang harus dimulai dari skrip yang baik.


Di Hollywood, apakah penulis skrip berhak memilih sutradaranya?

Tidak. Produser dan sutradara lah yang memilih penulis. Tergantung siapa yang membeli skrip. Biasanya produser yang membeli skrip lalu memilih sutradara dan penulisnya, tapi bisa juga sutradara membeli skrip kemudian mencari produser untuk membiayai filmnya. Terkadang sutradara adalah produser juga, tapi ada juga produser yang juga penulis skripnya, seperti Quentin Tarantino. Umumnya, produser, studio yang menyewa sutradara dan penulis. Penulis tidak memunyai kekuatan besar di industri film Hollywood.


Berapa sih harga sebuah skrip yang baik?

Bisa berkisar antara 50.000 – 100.000 dollar. Tapi ada juga yang sampai 1 juta- 4 juta dollar. Penulis skrip Basic Instinc bahkan mendapatkan lebih dari 4 juta dollar, tapi setelah itu ia tidak lagi menulis skrip yang bagus, dan namanya menghilang. Kalau penulis terkenal dan sukses, rata-rata sekitar 100.000-500.000 dollar.


Penulis mendapatkan royalti tidak dari tulisannya?

Ya, biasanya dapat persentasi dari profit. Tapi itu didapatkan setelah film mendapatkan profit. Di Hollywood juga ada istilah system creative accounting. Artinya, penulis tidak mendapatkan apapun berapapun profit yang dihasilkan dari film. Ini sebuah bisnis, tergantung pada perjanjian di awal. Namun umumnya, penulis mendapatkan 0,5%-1% dari keuntungan sebuah film. Jadi kalau filmnya sukses, dia bisa mendapatkan gaji yang lumayan dari persentasi keuntungan tersebut.


Terakhir, sebagai script consultant. Adakah trik khusus untuk menjadi penulis skrip yang baik?

Penulis skrip yang baik harus memunyai modal disiplin menulis yang baik. Yang baik, penulis harus menulis setiap hari entah itu 2 jam, 5 jam atau 7 jam. Harus punya kreatifitas yang baik, ide, tahu struktur, harus tahu bagaimana membangun dimensi karakter, membangun tema, pengetahuan yang luas, pemberi solusi yang baik, punya orisinalitas. Intinya, penulis haruslah seorang yang memunyai art, craft, creativity. Semua harus seimbang dan mau belajar. Penulis datang ke saya sebagai konsultan untuk menyeimbangkan itu semua. Seorang konsultan seperti saya harus menjadi teman penulis, namun tetap obyektif. Konsultan skrip harus bisa memberikan bantuan jasa dalam proses kreatifnya.


source: www.whatzup-online.com
teks: Naning Koesnadi
Foto: www.lindaseger.com

Lanjut Bos..!

TIPS MENULIS SINOPSIS YANG BAIK

Oleh Didik Wijaya


Penerbit yang menerima naskah untuk diterbitkan biasanya mensyaratkan naskah yang dikirim disertai oleh sinopsis. Banyak penulis kadang cuek dengan penulisan sinopsis dan menulis sinopsis seadanya. Padahal itu sangat merugikan dirinya sendiri. Nah di dalam artikel ini kita akan membahas sebenarnya apa itu sinopsis, apa peran sinopsis dan bagaimana menulis sinopsis yang baik.
div style="text-align: justify;">
APA ITU SINOPSIS

Anda tentu pernah membeli buku di toko buku kan? Nah, tahu sendiri kan bagaimana susahnya mencari buku yang diinginkan di antara tumpukan buku yang ribuan jumlahnya di toko buku. Kita tentu akan mencari buku yang sesuai dengan minat dan kebutuhan kita. Kita akan kesulitan jika harus membaca seluruh isi buku satu persatu. Itulah fungsi sinopsis yang ada di belakang cover buku. Sinopsis tersebut memberikan gambaran sekilas dan menyeluruh terhadap isi buku sehingga kemudian Anda dapat menentukan apakah Anda akan membaca lebih lanjut isi buku tersebut.

Apakah Anda pernah membuat skripsi? Di awal skripsi selalu dibuat ringkasan eksekutif (executive summary) yang biasanya hanya berkisar 1/2-1 halaman. Seperti namanya ringkasan ini dibuat untuk para eksekutif, misalnya dosen penguji, yang terlalu sibuk atau tidak sempat membaca semua naskah. Benar kan, mana ada dosen penguji yang membaca seluruh isi skripsi sampai titik komanya. Ringkasan itu akan memberi gambaran pada para eksekutif itu seperti apa sebenarnya isi skripsi tersebut. Sama seperti sinopsis.


FUNGSI SINOPSIS

Fungsi sinopsis yang Anda kirimkan beserta naskah kepada penerbit juga demikian, sama seperti ringkasan eksekutif pada skripsi. Penerbit menerima ratusan bahkan ribuan naskah yang harus dibaca dan diteliti setiap hari. Dari membaca sinopsis, editor akan tahu setidaknya gambaran isi naskah tersebut. Boleh dibilang sinopsis menjadi gerbang awal yang menentukan naskah Anda selanjutnya akan dibaca atau tidak oleh editor yang bersangkutan. Dari sinopsis, editor dengan mudah akan tahu apakah naskah yang dikirimkan sesuai dengan visi dan misi penerbitannya atau tidak. Fungsi sinopsis akan makin besar pada penerbit skala besar. Jadi walaupun sepele sinopsis ini sangat besar fungsinya.

Dengan adanya sinopsis kerja editor yang memeriksa naskah juga akan lebih cepat. Tentunya ini berpengaruh pada karir Anda sebagai penulis. Dengan jawaban yang lebih cepat dari penerbit, entah itu diterima atau tidak, tentu akan sangat membantu langkah Anda selanjutnya.


TIPS MENULIS SINOPSIS YANG BAIK

Setelah kita tahu peran dan fungsi sinopsis, sekarang kita akan membahas bagaimana menulis sinopsis yang baik. Di bawah ini ada beberapa tips yang dapat menjadi acuan:

Sinopsis sebaiknya tidak lebih dari satu halaman. Sepertinya mudah menulis sinopsis satu halaman daripada menulis satu novel. Jika Anda sudah mencobanya, mungkin Anda akan berpikir sebaliknya. Bahkan jika Anda dapat menceritakan seluruh isi naskah Anda dalam satu paragraf saja, itu lebih baik.
Jangan menulis sinopsis dengan bentuk seperti resensi. Sinopsis berbeda dengan resensi. Sinopsis secara obyektif menceritakan isi buku, sedangkan resensi adalah ulasan tentang buku yang berisi pendapat pribadi tentang kelebihan dan kekurangan suatu buku. Editorlah yang akan menilai naskah Anda, bukan Anda.
Berbeda dengan resensi, sinopsis yang Anda kirimkan pada penerbit dapat menceritakan seluruh isi buku termasuk elemen-elemen penting yang dirahasiakan dan menjadi kejutan. Di dalam resensi, hal ini tidak dianjurkan karena akan merusak keasyikan membaca orang lain.
Jangan mencontoh mutlak sinopsis yang ada di cover belakang buku yang dijual di pasaran. Sinopsis yang ada di situ biasanya sudah tidak murni sinopsis karena sudah ada muatan promosinya. Sinopsis yang Anda kirimkan untuk penerbit adalah sinopsis yang menceritakan isi buku, tidak kurang tidak lebih.
Jangan gunakan bahasa sastra yang berbelit-belit. Gunakan bahasa formal yang memudahkan editor untuk memahami naskah Anda secara keseluruhan.
Pastikan keunggulan naskah Anda terdapat di dalam sinopsis. Apakah itu idenya, keunikan temanya, dll. Tentunya tidak dengan memuji-muji keunggulan tersebut, tetapi dengan menyatakan keunggulan tersebut secara obyektif.

Selamat membuat sinopsis
Lanjut Bos..!

Memilih Sudut Pandang Dalam Ide Cerita

Sudut pandang atau point of view di dalam cerita fiksi pada prinsipnya adalah siapa yang menceritakan cerita tersebut. Sudut pandang itu seperti kita melihat sesuatu peristiwa melalui mata 'seseorang'. Kejadian yang sama di mata anak-anak dan orang dewasa tentu berbeda, sehingga sudut pandang sangat berpengaruh pada bagaimana cerita itu akan diceritakan. Bagaimana nuansa, gayanya, dan bahkan makna cerita itu bisa berbeda tergantung sudut pandang mana yang dipakai.
span class="Apple-style-span" style="color: rgb(188, 117, 116); ">

Misalkan saja kita memiliki sebuah cerita tentang pembunuhan serial. Kita memiliki beberapa tokoh, yaitu detektif yang bertugas menangani kasus itu, si pembunuh yang mengincar korbannya, dan seseorang yang mungkin menjadi korban berikutnya. Minimal, dari cerita itu kita memiliki ada 3 sudut pandang penceritaan yang berbeda. Apakah kita akan mengikuti gaya cerita cerdas si detektif, atau menyelami psikologi temperamental si pembunuh, atau bersama-sama korban harap-harap cemas menanti kejutan dari si pembunuh. Atau bisa juga Anda melihat dari sudut pandang seorang reporter yang melaporkan kejadian pembunuhan itu. Setidaknya dari cerita ini saja ada 4 variasi sudut pandang yang bisa Anda pakai.

Kalau mau lebih nyentrik lagi, bisa saja Anda menggunakan sudut pandang dari cermin yang ada di rumah korban, atau lebih ekstrim lagi sudut pandang lalat yang kebetulan menclok di tubuh korban. Banyak sekali kemungkinan sudut pandang yang dapat digunakan.

Ada dua sudut pandang yang biasa dipakai di dalam penulisan fiksi, antara lain:

1. First Person Point of View (Sudut Pandang Orang Pertama)

Di sini, narator berperan sebagai salah satu karakter. Karakter dipakai biasanya adalah karakter utama di cerita. Biasanya sudut pandang ini mudah dikenali, dengan 'aku' atau 'saya' sebagai karakter utama.

2. Third Person Point of View (Sudut Pandang Orang Ketiga)

Sudut pandang orang ketiga dipakai bila kita menggunakan narator yang tidak ikut menjadi salah satu karakter fiksi tersebut. Namun, narator tersebut mengetahui apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh karakter-karakter tersebut. Mungkin bisa Anda analogikan sebagai reporter di cerita pembunuhan di atas.

Sudut pandang orang ketiga bisa dibedakan lagi menjadi Omniscient atau Limited. Kalau di Omniscient Point of View, orang ketiga tersebut mengetahui semuanya tentang seluruh karakter cerita, baik perasaannya atau pikirannya. Sedangkan yang Limited, orang ketiga itu hanya mengetahui tentang beberapa karakter saja.

Jadi manakah yang harus dipilih? Tidak ada jawaban untuk pertanyaan ini. Semua sudut pandang bisa menghasilkan cerita yang hebat, tergantung Anda sebagai penulis untuk mengolahnya.

Jadi, Anda dapat bermain-main dengan gaya cerita, nuansa cerita hanya dengan menggunakan sudut pandang yang berbeda. Cobalah mengeksplorasi cerita Anda dengan mencoba sudut pandang yang lain, mungkin akan menghasilkan cerita yang lebih baik lagi.

Selamat Menulis



oleh Didik Wijaya
Lanjut Bos..!

Dunia Penulis © 2008 Por *Templates para Você*